Antara aku, kamu dan sepi

#Kurang lebih 2 tahun yang lalu,…

Tiap pagi aku melihatnya, just a little see him,..

Semuanya dimulai. Tanpa penghulu, tanpa saksi, maupun tanpa mas kawin,..:))
Semula memang just let it flow, mengalir satu arah. Tapi tentu saja kemudian tidak bisa sesimpel itu.
Ketika hati mulai berbicara, ketika ada hal yang seharusnya di dengar.

CINTA. (????)

Entah kata apa yang tepat untuk mewakilkan perasaan apa yang kemudian muncul. Aku mulai terbiasa.
Terbiasa menghabiskan waktu bersama dia.
Kemudian aku merasa lengkap. Kemudian aku merasa menjadi manusia yang sempurna. Kemudian aku tahu bahwa sudah sepatutnya aku membuka diri.

Untuk mendengar apa kata hati.

Syukurlah, aku tidak sendiri lagi.
Karena aku punya kamu,....

-untuk hari hari berikutnya, bersama-

Tapi,…..

Tapi,…..

Tapi,…..

Sekarangpun tak sesimpel itu, setelah dua tahun bersama, 2 tahun lalui hitam putih kehidupan. Everything will be a change.

Setelah bulan ini aku gak tau akan jadi seperti apa semuanya ini. Aku tak merasa lengkap lagi, aku tak merasa sempurna lagi. Bukan karena rapuh atau apapun itu, bukan pula gara2 aku bakalan menjalani hari2 sendiri, tapiiiii…lebih tepat karena “situation”.

God damn it!!! 

Aku gak tau harus memohon apa sama Tuhan. Minta yg terbaik mungkin hal yang paling bijak.

Ini yg selalu dia bilang : “semoga semuanya akan berakhir dengan begitu indah,…”

Tapi, indah menurut kita belum tentu indah menurut Tuhan, sudahlah, aku hanya meminta indah menurut Tuhan saja, aku yakin tuhan tidak pernah salah,..:)

My God, I’m so blue,…

Tiba - tiba aku benci ungkapan 'Cinta tak harus bersama'
(bakar orang yg menciptakan ungkapan itu!)

“HIDUP ITU BUKAN CINTA DOANG YG DIPIKIRIN!!!!!” dia bilang.

Okay. Fine. Perfect. Gue resmi ambruk.

Dulu aku yg sering bilang itu sama dia, tapi sekarang semuanya kebalik, hahahha fine. Harus mulai percaya karma sepertinya.

Hey,…., i'm just a human. i'm not an angel.
          Aku punya hati, itu masalahnya,.. 

Hate this part!!

Selalu butuh banyak waktu untuk mengubahnya menjadi kebiasaan. Ikhlas, Ya ampun, betapa beratnya menjalankan kata itu saat ini.

Aku tak pernah menyesali apapun yang sudah terjadi,
Bukan tentang salah atau benar,
tetapi tentang menjalani hidup seperti manusia biasa,